Selasa, 01 Maret 2016

ESTETIKA KURSI GOYANG WINDSOR

ARTIKEL
ESTETIKA KURSI GOYANG WINDSOR
http://www.unisnu.ac.id/theme/icon/unisnu.png






Oleh:
Thoha Mustajib
141260000275
Desain Produk/III
Metodelogi Desain


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA’
KABUPATEN JEPARA



BAB I
PENDAHULUAN
   A.    LATAR BELAKANG
Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan mengolah benda-benda dan kekayaan alam lingkungan sekitar kita menjadi suatu benda yang mempunyai sebuah fungsi tanpa meninggalkan nilai artistik atau keindahan pada benda tersebut. Benda kriya diciptakan oleh seorang desainer kriya, bukan mengikuti kepuasan emosi seperti halnya melukis atau mematung akan tetapi lebih mengutamakan kepada nilai fungsi benda kriya tersebut.
Kriya yang dibuat dengan bahan dari kayu sudah ada sejak abad ke-15. benda-benda atau karya kriya kayu bisa dibuat dengan keahlian tangan atau dengan bantuan mesin. Jika menggunakan alat-alat mesin tetapi masih ada sentuhan keahlian tangan, maka hasil karya tersebut merupakan kriya kayu dengan produksi terbatas.
“Kayu adalah bahan yang sangat penting untuk bahan bangunan, perabotan rumah tangga, alat musik, benda seni, dan lain  sebagainya. Kayu dibutuhkan untuk dijadikan bahan bangunan, furniture, kerajinan, dan lain sebagainya. Kayu yang memancarkan keindahan dan kehangatan alami, merupakan salah satu bahan benda kriya yang sulit ditandingi. Corak serat kayu yang beragam dan bernilai tinggi, menjadi inspirasi para pengrajin. (Suziyanti Al Himawan : Serial Rumah “Kayu dan Aplikasinya”).

   B.     RUMUSAN MASALAH
Menguak nilai nilai estetika dalam kursi goyang windsor?
   C.    TUJUAN
1.      Memenuhi tugas mata kuliah Metodelogi Design
2.      Untuk menambah nilai estetika kursi goyang windsor

   D.    MANFAAT KAJIAN
1.      Menambah pilihan desain – desain mebel pada produk meja sehingga lebih banyak pilihan.
2.      Dapat menjadi alternatif pembanding dibidang desain di masa mendatang, sehingga mampu bersaing dalam dunia desain produk.





BAB II
PEMBAHASAN
   A.    ESTETIKA DESAIN
Kata estetika berasal dari kata Yunani aesthesis yang berarti perasaan, selera perasaan atau  taste. Dalam prosesnya Munro mengatakan bahwa estetika adalah cara merespon terhadap stimuli, terutama lewat persepsi indera, tetapi juga dikaitkan dengan proses kejiwaan, seperti asosiasi, pemahaman, imajinasi, dan emosi. Ilmu estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek dari apa yang kita sebut keindahan.
Teorikus Seni dan Desain dewasa ini cenderung untuk menggunakan istilah estetika sebagai suatu kegiatan pengamatan yang tidak terpisah dari pengalaman Seni dan Desain. Kemudian istilah estetika berkembang menjadi keindahan, yaitu usaha untuk mendapatkan suatu pengertian yang umum tentang karya yang indah, penilaian kita terhadapnya dan motif yang menasari tindakan yang menciptakannya.
Estetika adalah hal yang mempelajari kualitas keindahan dari obyek, maupun daya impuls dan pengalaman estetik pencipta dan pengamatannya. Estetika dalam kontek penciptaan menurut John Hosper merupakan bagian dari filsafat yang berkaitan dengan proses penciptaan karya yang indah. Dari pengertian ini, bila dipahami bahwa estetika adalah ilmu yang mempelajari kualitas estetik suatu benda atau karya dan daya impuls serta pengalaman estetik pencipta maupun penghayat terhadap benda atau karya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa estetika adalah hal-hal yang mempelajari keindahan yang berasal dari obyek maupun keindahan yang berasal dari subyek (pengamatan/pencipta). Keindahan yang berasal dari subyek penciptanya berkaitan dengan proses kreatif dan fisolofisnya.
Pengertian estetika terus berkembang sesuai dengan peradaban, konsepsi hidup manusia, keadaan dan jamannya, seperti pandangan estetik dari sudut ekomoni yang berkonsepsi kecil itu indah, efisien itu indah, murah itu indah, dan sebagainya. Apa alasan orang ingin mengenal estetika?
Pertama, karena karya-karya seni dan desain yang alami maupun yang buatan begitu berharga sehingga dipelajari ciri-ciri khasnya demi karya seni dan desain itu sendiri.
Kedua, ia mesti berpendapat bahwa pengalaman estetika (pengalaman mengenai karya seni dan desain) itu begitu berharga baik untuk kelompoknya maupun masing-masing anggotanya sehingga karya seni dan desain itu mesti dipelajari. Cara mempelajarinya: dari sudut pandang apakah kualitas-kualitas karya ini mencapai tujuan.
Ketiga, mungkin dikira bahwa pengalaman ini begitu bernilai pada dirinya sendiri sehingga membutuhkan pengujian dan penelitian mengenai kualitas-kualitas karya seni dan desain itu.
   B.     KURSI WINDSOR
Windsor Chair adalah kursi klasik era mid-century yang khas dimana kaki dan sandaran yang telah dibubut ditancapkan pada bidang alas dudukan dari kayu solid yang telah dilubangi. Alas dudukan inilah konstruksi utama yang menjadi sumbu dari rangka kaki dan sandaran punggung, dan inilah ciri khas dari kursi Windsor. Sedangkan ciri lainnya adalah dudukan bagian depan dibentuk sedikit melekuk menyerupai pelana kuda.

Kursi Goyang Windsor atau yang lebih dikenal sebagai the English Windsor merupakan kursi goyang pertama yang pernah di buat yang ditujukan untuk England’s Windsor Castle. Kursi ini dibuat di awal 1700an. Ketika pertama kali dibuat, kursi ini didesain sebagai tempat duduk dan bersantai di taman dan di luar rumah. Kala itu, kursi goyang dibuat dari bahan kayu karena kayu saat itu jumlahnya berlimpah dan sangat mudah ditemukan di alam bebas.
Baru setelah memasuki abad 18, berbagai macam variasi kursi goyang Windsor mulai diperkenalkan, misalnya Windsor comb-back rocker, dimana sandaran kursi goyang dibuat jarang-jarang menyerupai sisir, yang membuat merasa nyaman duduk di atas kursi goyang bukan karena ayunan yang dihasilkan ketika kita duduk di atasnya. Kaki pada kursi goyang memang berbeda dari kaki kursi biasanya. Bentuknya yang melengkung menyebabkan kontak antara ujung kaki kursi goyang dengan lantai hanya berlangsung cepat dan hal ini lah yang mendorong kursi goyang untuk berayun ke bagian kaki kursi yang satunya. Manfaat yang ditimbulkan akibat ayunan yang dihasilkan kursi goyang ini cukup besar, diantaranya dapat membuat penggunanya merasa tubuhnya menjadi ringan.
Selain itu, kursi goyang juga dapat membantu sirkulasi pernafasan dan menenangkan pikiran. Maka dari itu, terkadang tak hanya para orang tua yang menyukai duduk d kursi goyang ini, tapi juga orang dewasa, remaja, hingga anak-anak. Bahkan, boks bayi juga ada yang didesain dengan kaki menyerupai kaki pada kursi goyang. Hal ini untuk memberikan sensasi ayunan pada bayi sehingga ia dapat tertidur dengan pulas.
Dari masa mid century ke era modern kini, penggunaan kursi-kursi klasik sejenis kursi Windsor masih sangat diminati, terutama kalangan yang hoby koleksi furniture skandinavia, retro, art deco dll. Menurut saya pribadi tanpa memandang remeh histori kursi tradisional Indonesia, memang keindahan desain kursi klasik luar negeri seperti gaya skandinavia tidak membuat orang cepat bosan memandangnya, disamping itu keberagaman desainnya pun bermacam-macam. Ada dengan arm/tanganan, ada yang kerucut di bagian punggung kursi, ada yang berupa rocking / kursi goyang dll. Menurut saya pribadi, perbandingan terbaik kursi Windsor setara dengan kursi tiffany, kursi klasik dengan pengagum kelas dunia yang masih bisa ditemui di event-event terkemuka saat ini.

Apabila Anda pernah menonton video music clip dari The Piano Guys grup musikal asal Amerika Serikat ini pernah dalam scene video mereka menggunakan kursi windsor sebagai tempat duduk Steven Sharp Nelson yang menjadi pemain chello-nya. 




BAB III
PENUTUP
   1.      KESIMPULAN
Banyak hal yang dapat kita ambil dalam artikel ini, penulis menyimpulkan bahwa Windsor Chair adalah kursi klasik era mid-century yang khas dimana kaki dan sandaran yang telah dibubut ditancapkan pada bidang alas dudukan dari kayu solid yang telah dilubangi. Alas dudukan inilah konstruksi utama yang menjadi sumbu dari rangka kaki dan sandaran punggung, dan inilah ciri khas dari kursi Windsor. Sedangkan ciri lainnya adalah dudukan bagian depan dibentuk sedikit melekuk menyerupai pelana kuda.


DAFTAR PUSTAKA


0 komentar:

Posting Komentar